Jumat, 15 April 2011

Routing, Static Routing, Dynamic Routing .


Routing adalah proses pemetaan jaringan atau penentuan jalur guna pengiriman data dari satu titik (komputer/router) ke titik (komputer/router) lainnya dengan memperhatikan beberapa parameter yaitu biaya, jarak, dan kepadatan kanal. Suatu router membuat keputusan berdasarkan IP address yang dituju oleh paket. Semua router menggunakan IP address tujuan untuk mengirim paket. Agar keputusan routing tersebut benar, router harus belajar bagaimana untuk mencapai tujuan. 
  Di setiap routing harus ada source dan destination. Analogi dari proses routing adalah jalur Trans Jogja. Setiap bus Trans Jogja mempunyai jalur yang dituju. Jalur tersebut bermacam-macam. Jalur tersebut mempunyai source dan destination. Jalur tersebut berhenti di setiap shelter bus. Masing-masing shelter bus akan terhubung sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah jalur bus Trans Jogja. Jalur bus Trans Jogja dari source ke destination shelter tersebut disebut sebagai routing.

Routing sendiri memiliki 2 buah jenis yaitu routing static dan routing dynamic.
Routing static biasa digunakan jika topologi jaringan cakupan areanya tidak terlalu besar, sederhana, dan konfigurasi tidak berubah-ubah.Tetapi jika jaringan telah memasuki  topologi yang kompleks,jangakuan areanya cukup luas, dan konfigurasi nya berubah-ubah maka yang digunakan adalah routing dynamic.

Routing static adalah proses routing yang dalam pembuatannya  menggunakan cara manual  oleh administrator dengan memasukkan jalur ke perangkat tabel routing dengan melakukan konfigurasi jalur yang dimuat ketika routing perangkat dinyalakan. Dalam routing static setiap satu router mempunyai satu table routing. Isi dari table routing yaitu mengenai source menuju destination lewat/via mana. Seorang administrator harus menggunakan perintah ip route secara manual untuk mengkonfigurasi router dengan routing static. Jika  topologi jaringan memiliki skala besar, jika tetap menggunakan routing static maka akan sangat membuang waktu administrator jaringan untuk melakukan update table routing jika berubah topologi jaringan nya.

Supaya tidak susah-susah dalam mengeset table routing manual, maka dipakailah routing dinamis. Routing dinamis merupakan routing yang otomatis, cerdas dan terprogram. Sehingga administrator jaringan tidak membuang-buang waktunya untuk meng-update table routing.

Siklus yang biasanya terjadi dalam proses routing baik yang menggunakan routing static atau dynamic yakni:
  •   Antar router saling “memperkenalkan diri
  •    Menentukan topologi jaringan yang ada
  • Menentukan jalur terbaik / optimal dari segi kepadatan dan biaya 
  • Membuat table routing
Dalam proses routing, pemetaan jaringan mengalami beberapa prosedur atau yang sering disebut algoritma. Algoritma tersebut meliputi :
  • Tiap router saling memperkenalkan diri sebagai “reachable  information” sehingga tiap router saling mengenali router – router apa yang berada dalam jaringan tersebut untuk memudahkan prose selanjutnya dalam pengiriman data
  • Algoritma menentukan jalur terbaik atau jalur berbobot yang artinya jalur yang dipandang paling optimal dari sisi jarak, laju data, harga, delay
  • Algoritma untuk menangani perubahan topologi, artinya jika dalam proses pengiriman data terdapat router yang memiliki protokol dan toplologi yang berbeda
Algoritma dasar yang sering digunakan dalam routing adalah:
  1. Distance Vektor : merupakan protokol yang terbatas karena hanya memiliki satu informasi yakni informasi pada hop berikutnya yang berhubungan langsung dan biasanya  menggunakan  protokol :
  • RIP (Routing Internet Protocol)
  • GGP (Gateway-to-Gateway Protocol)
  • EGP (Exterior Gateway Protocol)
  • IGRP (Internet Gateway Routing Protocol)  
          Analogi dari protokol distance vektor adalah seorang petualang yang sedang berada di kota tertentu dan dia tidak memiliki peta yang lengkap mengenai kondisi kota tersebut.Setiap ada persimpangan jalan dia hanya bertanya kepada penunujuk jalan jika mau ke arah ini kita harus lewat mana. Sang penunjuk jalan hanya memberikan informasi ke kanan atau ke kiri. Jika jalur yang diberitahukan tersebut rusak maka sang petualang tersebut akan kebingungan ke arah mana dia harus mencari jalan lain.

          Algoritma distance vektor memiliki kelemahan – kelemahan :
  • Jika terdapat informasi yang salah mengenai arah – arah, misal arah yang diberikan kurang lengkap akibatnya  akan mengganggu dalam penentuan keputusan routing 
  • Jika node gagal (node down), maka tidak ada pembuatan rute yang baru
      2.  Link State:  tiap node memiliki informasi secara keseluruhan mengenai node – node yang berada
                             pada jaringan tersebut
           Algoritma Link state menggunakan protokol :
  • IS-IS (Intermediate System-to-Intermediate System)
  • OSPF (Open Shortest Path First)
·                      Analogi dari protokol ini adalah seorang petualang yang memiliki peta ketika dia sedang berada di suatu kota. apabila terdapat suatu jalan yang rusak ketika dia lalui. Maka dia bisa mencari jalan lain untuk menuju ke arah tujuan nya karena dia sudah memiliki peta lengkap.
      Link state memiliki kelemahan jika ada perubahan jarinagn secara keseluruhan padahal pemetaan jaringan
      tersebut telah dibuat konsisten, sehingga butuh waktu lagi dalam penyesuaian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar